Hari itu, ibu dengan busana serba hitam sempurna menutup aurat mengecup keningku cukup lama sembari mengusap. Lalu mengucap kalimat pendek yang selalu diulang setiap keluar rumah.
“Nak, ibu mau mencari rezeki dulu ya. Jaga baik-baik.”
Biasanya ketika pulang, ibu selalu membawa satu kantong kain berisi pengganjal perut. Kadang berisi roti, kadang berisi bantuan, kadang berisi rumput atau batu.
Untuk kali ini berbeda. Ibu tak pernah kembali hingga rumah kami hancur rata dengan tanah dan bersimbah darah. Bahkan hingga detik ini, ketika perbatasan terakhir kami dikepung habis-habisan.
Semenjak itu, aku selalu menjawab tiap pertanyaan dimana ibuku dengan kalimat yang sama, “Ibu mencari rezeki”. Sampai aku paham, bahwa rezeki yang selalu ibu cari adalah hidup dalam kemenangan atau mati syahid membela kebenaran. Dan Allah berikan rezeki terindah itu dalam bentuk mati syahid.
